Home » , » UN Datang, Siswa Cemas

UN Datang, Siswa Cemas

Written By Unknown on Selasa, 24 April 2012 | 20.48.00







   

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh mengakui mayoritas siswa SMA/SMK/SMA-LB cemas menghadapi ujian nasional (UN). Pasalnya mereka merasa ditantang, mendapat tekanan, dan tuntutan berupa ujian.
“Secara diam-diam, kami melakukan survei terhadap 15 persen siswa SMA peserta UN 2012 dan hasilnya adalah 22,4 persen sangat cemas, 56,0 persen cemas, dan 21,6 persen biasa,” kata Mendikbud.
Ditambahkan, beliau menjelaskan hasil itu berkaitan dengan item tentang dorongan belajar yakni 43,7 persen menyatakan UN sangat mendorong belajar, 35,4 persen menyatakan UN mendorong belajar, dan 20,9 persen menyatakan UN tidak mendorong belajar.

"Jadi, tingginya kecemasan itu justru positif, karena kecemasan itulah yang mendorong tingginya pandangan bahwa UN sangat mendorong belajar. Kalau UN mendorong mereka untuk belajar justru UN berhasil, karena UN memang dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas belajar siswa," katanya.
Pemerintah memang mengklaim bahwa dengan sistem UN seperti saat ini, para siswa menjadi lebih rajin belajar. Pada satu sisi, pernyataan pemerintah ini benar. Sebagian dari siswa menjadi lebih rajin dalam belajar atau mungkin ‘belajar’? Mengapa ‘belajar’? Ini diakibatkan belajar dipersempit maknanya hanya dengan membahas soal-soal. Padahal belajar lebih dari itu. Belajar merupakan proses panjang yang diakhiri dengan evaluasi dan bukan hanya mempelajari soal-soal ujian. Ada satu hal lagi yang yang dilupakan oleh pemerintah adalah bahwa tidak semua siswa menjadi lebih rajin dalam persiapan  menghadapi UN.
Pemerintah mungkin lupa akan adanya kecerdasan majemuk dan sifat para siswa yang memang sangat beragam. Menurut  psikolog, setiap siswa memerlukan perlakuan yang berbeda termasuk dalam hal cara belajar. Ada siswa yang ’diancam’ akan lebih giat dan rajin belajar, tetapi tidak semua menjadi lebih rajin hanya dengan ancaman. Ada yang perlu penyadaran agar lebih rajin. Singkat kata, tidak mungkin membuat siswa-siswi kita yang jumlahnya ribuan tersebut dengan satu sistem dan metode saja walaupun metode tersebut nampaknya berhasil. Oleh karena itu, pemerintah harusnya lebih instrospektif dan melihat dampak negatifnya yang sudah banyak terbukti, bukan hanya mempertahankan argumen manfaatnya semata.
Persoalannya sekarang, apakah siswa giat belajar sekadar karena takut gagal ujian, atau karena secara sadar ingin berkembang secara intelektual? Apakah guru giat mengajar karena khawatir banyak siswanya tidak lulus ujian, sehingga mengancam reputasi karier dan sekolahnya, atau karena secara sadar ingin mengoptimalkan potensi intelektual siswa-siswanya? Hasil Temuan beberapa pakar pendidikan menegaskan bahwa ujian yang distandardkan hanya menghasilkan siswa dan guru paranoid yang takut dan cemas menghadapi ujian. Ujian yang distandardkan menghasilkan siswa yang giat belajar atau guru yang giat mengajar semata-mata demi nilai.  (MubRi/21/04)


Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. WEBSITE RESMI AKSELERASI SMA NEGERI 2 PAREPARE - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger