Matahari
menemani aktivitas seorang
cowok yang tinggi dan berambut lurus di pagi hari ini.
Melihat dedaunan yang membentangkan sayap hijaunya. Dia menatap seorang siswi yang berambut panjang dan berhidung mancung duduk
di bawah rindangnya pepohonan. Memasang muka murung penuh gelisah. Cowok itu meneruskan langkah menyapa
siswi
yang murung.
Dia menggerakkan
kepala berpaling dari diri
siswi
yang galau itu,
memandang
jalan hitam teraspal yang belum selesai dia tempuh, dia kembali berjalan perlahan. Gesek
demi gesek terlewati oleh sandal jepitnya yang ikut melangkah.
Setelah
berjalan sekitar lima
langkah dari orang tersebut, jiwanya
terasa
ada yang salah dengan orang itu. Dia
pun menoleh dan kembali pada
pada gadis siswi itu. Terlihat, siswa itu masih begitu murung. Dia mulai mengiburnya dengan
gombalan-gombalan maut agar dia tak lagi murung! Tak dia sangka, sang gadis menatapnya marah
Lalu
siswi itu berkata
“emangnya aku maling, kamu tatap seperti itu”
Dia
menatap dan berkata “iya kamu maling”
Si cowok
balik menjawab “iya aku mau maling hati kamu” Candanya....
Dia
melihat
wajah murung siswi telah
musnah. Entah karena gombalan mautnya atau apa. Dia
mulai berdiri menghampirinya.
Dia pun
merasa gembira dan berharap siswi
akan memeluknya
dengan mesra. Lima langkah lebih siswi
itu
berjalan di sampingnya
dan bergandengan tangan dengan laki-laki lain yang
ternyata pacar siswi
tersebut. Dia pun merasa malu dan menggantikan
posisi itu yang duduk murung di bawah pohon itu.
Dia
duduk di bawah pohon rindang sambil termenung memikirkan gadis siswi itu “Lara, mengapa engkau memiliki pacar,
tidakkah engkau tau bahwa diriku menyukaimu” katanya dengan pelan. Dia menghaylkan lara
menjadi pacarnya, tapi nyatanya tidak. Dia hanya dapat berkhayal tingkat tinggi.
Dirinya yang ditunggu sejak dulu kini hanya
membuatnya
kecewa, sekarang lara
hanyalah segenggam arang yang telah hangus terbakar dalam kekecewaan, dia yang menunggui dan menanti Lara sejak dulu, tidak bisa lagi untuk
menahan semuanya.
Tak lama setelah memikirkan
Lara si gadis impian Rey, dia pun bergegas menuju rumah temannya yang bernama
Thiyo, anak laki-laki yang menjadi sahabat dari kecilnya.
“hey
yo !”
“Hey
Rey tumben kamu ke sini”
“
gini Yho saya
pengen cerita denganmu tentang
Lara !”
“
Lara?
Lara anak kelas XII. IPA itu yah?”
Jawab Thiyo
“Iya
benar sekali” kata Rey
“Kenapa dengannya?” Tanya Thiyo.
Rey mengatakan kepada Thiyo bahwa
dia telah jatuh pada Lara sejak pertama kali bertemu, tetapi dia tidak memiliki
keberanian mengatakan perasaan sesungguhnya.
“Kalau begitu, kamu jujur
saja tentang perasaan kamu ke Lara daripada kamu hanya memendam perasaanmu yang
nantinya bisa jadi penyakit” Saran Thiyo.
“Aku sudah terlambat yo, Lara sudah memiliki kekasih” Kata
Rey dengan sedih.
“Darimana kamu tau kalau
Lara sudah punya kekasih?” Tanya Rio
Rey hanya menjawab dengan
muka murung bahwa Dia melihat dengan kedua matanya Lara bergandengan tangan dengan
seorang cowok. Mendengar curahan hati Rey, Thiyo berusaha membuat Rey sabar
akan apa yang dialaminya. Menurut Thiyo bahwa semua akan indah pada waktunya.
Keesokan
harinya disekolah,
Rey
terlihat sendiri di koridor
sekolah, tiba-tiba Lara datang menghampirinya.
“Hey
Rey, kok sendiri disini”
sambil duduk menemani Rey.
“Hey
Lara!” katanya gugup, kaget dan tak habis pikir ternyata dia Lara. Sambil
menatap Lara
“woy ! Ada apa denganmu Rey?, kok mandangin saya begitu banget sih, “ahh tidak
apa-apa kok” kata Rey dengan nada
gugup
“Emang gue kayak setan yah?” bertanya
dengan kesal.
“Aduh
nggak Ra, Cuma kaget habis, saya tidak menyangka kamu datang samperin
saya disini.
yah saya
kagetlah” kata Rey
dengan ekspresi malunya
Setelah
lama bercakap tentang buku yang dibaca
Rey, dia pun permisi dengan Rey untuk segera masuk ke kelasnya. Dengan ragu-ragu ia menjawab “iya”
Larapun segera berdiri dan mulai merapikan rok dan bajunya yang teracak
gara-gara duduk di koridor. Setelah itu dia berjalan meninggalkan Rey.
Tiba-tiba, Rey memanggil Lara dan segerah mengikutinya
“Lara!” Panggil Rey
“Iyah, kenapa Rey?” jawab Lara
Dengan
nada ragu-ragu ia pun mengungkapkan perasaannya pada Lara, ia berkata “Ra, maaf yah kalau saya lancang untuk bicara seperti ini
padamu, tapi saya
juga tidak
bisa menahan perasaan saya
kepadamu.
Sejak
dulu, sejak SMA kelas satu
saya
sudah suka padamu.
Tiap
hari saya
selalu memandangimu
dan mengintaimu,
tapi saya
malu untuk mengungkapkan itu pada kamu !”
Lara
Cuma terdiam dan merasa heran tak menyangka Rey si cuek ternyata diam-diam suka
padanya. Dia
berlari meninggalkan Rey tanpa sepatah katapun, Rey Cuma diam dan menundukkan
kepalanya karena malu.
Setelah Rey berhasil
mengungkapkan persaannya, Ia segera bergegas ke rumah Thiyo dan
menceritakannya.
“
Ada apa denganmu Rey, kok kelihatan kecewa?”
“Yo,
saya
sudah
mengungkapkan
perasaanku
pada Lara”
“Bagus
dong Rey”
“Tapi
dia cuma diam Yho, saya malu dia langsung berlari meninggalkan ku”
Setelah mendengar cerita
Rey, Thiyo memberikan semangat kepada Rey dan meyakinkannya bahwa tidak hanya
satu perempuan di dunia ini. Rey pun mencoba untuk bangkit kembali dan berusaha
tegar bahwa Lara memang bukan untuknya.
Kemudian Rey bergegas pulang
ke rumahanya dan menuju kamar. Rey berfikir dan terus bolak-balik
dalam di depan tempat tidurnya, dan tidak menghiraukan panggilan-panggilan ibunya
yang menyuruhnya untuk turun makan malam. Rey pun bertekad untuk menulis di
kertas tentang Lara dan ia akan memberikannya pada Lara.
Isi
surat...
Kebahagiaan
ini semua buatmu
Lara, kamu adalah orang yang patut untuk itu. Semua kenangan tentang dirimu akan selalu ada di lorong-lorong
pikiranku. Dan itu akan membimbingku untuk selalu menjadikan hati ini
sebagai tanah subur bagi yang namanya CINTA...
Pagi harinya, surat yang
ditulis Rey diberikan kepada Thiyo. Di sekolah, Thiyo mencari-cari Lara.
Tetapi, tak kunjung dia lihat hingga akhirnya dia melihat Lara duduk dibawah
pohon. Kemudian Thiyo bergegas menghampirinya.
“Ra, apa yang sedang kamu
lakukan disitu sendirian?” Tanya Thiyo sambil memegang surat Rey
“Tidak kok, saya hanya lagi memikirkan Rey yang setiap kali bertemu, dia
begitu gugup dan tak mau menceritakan
alasannya” jawab Lara yang sedang memegang buku.
“Oh iya, tadi pagi Rey
memberikan saya Surat untukmu. Ini suratnya” Thiyo memberikan surat Rey dan
bergegas pergi
Kemudian Lara membuka Surat dan
membaca surat Rey. Lara Cuma merasa kagum dan dan terharu,
Lara menyesal baru tahu ini semua setelah Rey pergi dari sekolah itu. Entah Rey kemana
Sekarang
Rey hanyalah akan jadi bayang-bayangnya.
Karya
:
FAMRI
RUSDIN
NISN.
9962612894
Kecewa
Posting Komentar