Tulisan kali ini kami petik dari kutipan Mendikbud, Prof. H. Mohammad Nuh pada salah satu TV Pemerintah, yakni Tv Edukasi. “Soal lulus ujian itu gampang, lulus itu konsekuensi dari belajar, pasti bisa lulus. Belajar dengan rajin dan jujur. Yang penting sekarang tidak ada siswa lagi yang ngepek (menyontek) dan guru memberikan sontekan kepada siswa.” ungkap beliau.
Tidak perlu disanggah lagi kalau budaya menyontek sudah erat dengan kehidupan murid sekolah, mahasiswa, atau karyawan kantor. Menyontek saat ujian, saat diberi pekerjaan rumah, atau saat membuat sebuah karya. Plagiarism merupakan masalah akut yang berbahaya bila dilakukan terus-menerus, selain menurunkan daya cipta otak, tapi juga bisa berdampak buruk bagi masa depan kita.
Dengan alasan apapun, menyontek tetap tidak bisa dibenarkan. Seseorang yang terbiasa menyontek di masa-masa awal sekolah, akan terus membawa kebiasaan itu di masa pertumbuhan, bahkan hingga masa dewasanya jika tidak ada perubahan yang betul-betul radikal dalam kehidupannya, misalnya pertobatan yang timbul setelah peristiwa hidup yang dianggap revolusioner dalam dirinya. Intinya, kebiasaan menyontek memupuk mental curang, tak percaya diri, opurtunis dan mau enaknya sendiri.
Percaya atau tidak, inilah faktanya, di Monash University, Australia, kasus plagiarism dalam satu tahun ajaran hanya satu kasus, dan percaya atau tidak, pelaku kasus tersebut berasal dari Indonesia, hal ini tentu amat memalukan bagi Negara kita, bukan? Menyontek memang sudah membudaya dalam masyarakat kita, namun bukan berarti kita terus mengembangkan budaya itu, seyogyanya mulai dini kita perbaiki diri kita untuk semakin percaya diri dan sadar bahwa nilai bukanlah segalanya, tapi yang utama adalah ‘proses’ belajar itu sendiri.
Penghapusan kebiasaan menyontek inilah yang mulai diaplikasikan dalam kehidupan siswa kelas akselerasi Kota Parepare. Bagaimana tidak ? Akhir bulan ini kami harus menghadapi ujian semester kedua. Dalam prosesnya, kami ditempatkan dengan jarak 3 meter per siswa dengan tempat duduk yang diatur sedemikan rupa agar siswa tidak saling berhadapan. Cara ini pun sangat efektif dan berjalan sesuai harapan.
Teman-teman sekalian, yakinlah bahwa menyontek bukanlah hal terpuji, selain membuat manusia menjadi malas berpikir, tapi juga menurunkan harkat kita sebagai manusia yang telah diberi akal budi oleh Tuhan, bukan? ( MUKO 3/3)
Posting Komentar